“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu”
Wasiat Yesus
Kis. 10:25-26.34-35.44-48; 1 Yoh. 4:7-10; Yoh. 15:9-19
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku telah mengasihi kamu”
Saudara-saudari yang terkasih, Allah adalah kasih. Demikian ditegaskan oleh Yohanes dalam suratnya sebagaimana yang kita dengarkan dalam bacaan yang kedua. Yohanes sangat yakin bahwa sumber cinta sejati adalah Allah sendiri. Cinta yang berasal dari Allah akan membuat kita tahan uji dalam keseluruhan hidup kita; baik saat kita sehat maupun sakit, saat kita senang maupun susah, saat kita mengalami keberuntungan maupun saat kita mengalami kemalangan, cinta yang berasal dari Allah akan memerdekakan kita. Pewartaan cinta kasih ini telah Gereja perjuangan sejak awal mula, saat ini, dan untuk selamanya. Mengapa? Karena Gereja pada dasarnya adalah komunitas cinta itu sendiri. Sehingga dalam Gereja ini kita sungguh-sungguh mengalami cinta kasih dari Allah, untuk itu kita dalam hidup bersama dengan orang lain juga harus saling memberi cinta kasih. Karena itu hidup dalam cinta kasih harus selalu kita perjungkan bersama. Kasih harus memenuhi seluruh kehidupan kita.
Ketika ada seseorang yang berada dalam sakratul maut dan ada pada akhir hidupnya mengatkan sesuatu atau meminta sesuatu, itu kita anggap sebagai wasiat terakhir dan sebagai wasiat harus kita laksanakan. Kita meyakini kalau tidak kita laksanakan akan terjadi sesuatu pada diri kita atau pada orang lain. Intinya yang namanya wasiat harus kita penuhi dan laksanakan. Yesus dalam amanat perpisahannya dengan para muridNya juga memberikan wasiat dan wasiat itu harus mereka laksanakan. Dan wasiat itu berupa suatu perintah sebagaimana kita dengarkan dalam bacaaan Injil, “Inilah perintahKu kepadamu. “kasihilah seorang akan yang lain.” Inilah wasiat yang Tuhan Yesus berikan kepada para muridNya dan siapa para muridNya itu, kita: saya dan Anda sekalian. Sehingga dalam hidup ini, kita harus selalu mewartakan dan menghidupi pesan Yesus ini. Hidup saling mengasihi. Kalau kita sungguh-sungguh, dalam hidup ini, hidup dengan penuh kasih maka dunia ini akan dipenuhi dengan kedamaian dan kebahagiaan.
Saudara-saudari yang terkasih, Allah yang kita sembah, Allah yang kita imani adalah Allah yang mencintai siapa saja tanpa melihat latar belakang pribadi seseorang. Karena itu dalam hidup ini kita juga harus berani untuk mencitai orang lain tanpa melihat latar belakang hidupnya, suku dan agamanya. Mari kita bersama-sama melaksanakan wasiat Yesus Yang Yesus perintahkan kepada kita, “Hidup saling mengasihi,” Tuhan memberkati. Amin.
Ditulis oleh Rm. Markus Mukri, CP