Menu

“Ia melakukan segala-galanya dengan baik, yang tuli dijadikanNya mendengar , yang bisu dijadikanNya berkata-kata”

CAHAYA PHIRAS

Belajar Mendengarkan  

 (Yes. 35:4-7a; Yak. 2:1-5; Mrk. 7:31-37)

“Ia melakukan  segala-galanya dengan baik, yang tuli dijadikanNya mendengar , yang bisu dijadikanNya berkata-kata”

Saudara-saudari yang terkasih, kita semua dipanggil untuk menjadi terbuka atas kasih dan sapaan Allah. Namun kita mengakui bahwa tidak semua mau mendengarkan sapaan dan kasih Allah itu. Hal ini terjadi karena kita memiliki pribadi yang tertutup(yang suka menulikan hati dan telinga dan juga membutakan hati dan mata). Kita biasanya lebih suka berbicara daripada mendengar atau mendengarkan.  Karena itu Sabda Tuhan minggu ini mengajak kita  untuk membuka hati dengan datang kepada Yesus.

Sabda Tuhan yang kita baca dalam bacaan Injil, kita mendengarkan kisah Yesus yang menyembuhkan orang yang tidak bisa mendengaar karena secara fisik tuli.  Orang yang disembuhkn Yesus ini hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang menderita tuna runggu. Namun, mungkin ada begitu banyak orang yang memiliki telinga yang baik/pendengaran yang baik tetapi tidak mau  mendengar karena tidak mau mendengarkan orang lain. Tentu ada perbedaan  dari kata mendengar dan mendengarkan. Mendengar perangkat yang kita gunakan adalah telinga sedangkan mendengarkan perangkat yang kita guakan bukan hanya telinga saja tetapi juga hati. Karena itu mendengar hanyalah sepintas lalu sedangkan mendengarkan itu membutuhkan kepribadian, perhatian dan minat. Karena itu mendengarkan jauh lebih mendalam daripada mendengar. Dan yang biasa kita pilih adalah kita memilih mendengar saja daripada mendengarkan.

Tuhan menciptakan kita dengan  dua telinga, dua mata dan hanya satu mulut. Apa artinya ini? Artinya adalah agar kita ini lebih banyak meendengar, melihat daripada berbicara. Karena itu paling tidak ada dua hal yang harus kita perhatikan agar kita dapat mendengar dengan baik. Pertama, kita harus memiliki keinginan atau kemauan untuk mendengar. Kedua, kita harus memberikan perhatian. Mendengarkan adalah pekerjaan yang tidak gampang, mengapa? Karena dalam mendengarkan, kita harus mengorbankan banyak hal; waktu, tenaga, pikiran bahkan juga kesenangan pribadi. Inilah sebabnya manusia itu lebih suka berbicara daripada mendengarkan.

Saudara-saudari yang terkasih, kalau hari ini Yesus menyembuhkan orang yang tuli, dan ia bisa mendengar kembali. Maka kita juga memohon kepada Tuhan supaya kita disembuhkan dari ketulian kita. Benar bahwa, mungkin kita secara fisik tidak tuli, telinga kita baik, tetapi kerapkali kita menjadi pribadi yang suka menulikan diri. Karena itu orang tuli yang disembuhkan Yesus dalam bacaan Injil menjadi gambaran kita semua yang kerapkali menulikan diri. Kita mohon kepada Yesus agar kita pun disembuhkan dari ketulian hati kita agar kita bisa menengarkan orang lain. Semoga.                                                                          (P. Markus Mukri, CP)

Flo.Phiras

Flo.Phiras

Related Posts