Menu

“Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempatNya sendiri”

CAHAYA PHIRAS

 “Menilai penampilan”

(Yer. 1:4-5.17-19;  1Kor 13:4-13; Luk. 4:21-30)

“Sungguh tidak ada nabi yang dihargai  di tempatNya sendiri”

Saudara-saudari yang terkasih, kita dengan mudah memberikan sebuah penilaian kepada sesama dari apa yang tampak. Sehingga kita sulit menerima kejujuran seseorang karena penampilannya, sehingga kita mudah menaruh rasa curiga pada orang lain.

Dalam bacaan Injil hari ini, orang-orang yang sekampung dengan Yesus menilai Yesus dari hal-hal yang lahiriah. Mereka mengenal Yesus sebagai Putra Maria dan Yosef. Mereka mengenal siapa Yosef yang adalah tukang kayu sedangkan Maria hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dan juga kaum keluarganya  tidak ada yang luar biasa. Semuannya biasa-biasa saja. Sehingga bagaimana mungkin Yesus menyebut diriNya seorang nabi. Penampilan Yesus yang begitu sederhana menyulitkan mereka untuk percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Putra Allah.

Apa yang telah Yesus alami dalam hidupNya, membenarkan apa yang dikatakan oleh penginjil Yohanes dalam pembukaan Injilnya. “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya tetapi dunia tidak mengenalNya. Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya tidak menerimaNya” (Yoh. 1:10-11). Dari awal kelahiran sampai kematianNya, Yesus kerap mengalami penolakan. Penolakan itu terjadi karena orang-orang gagal memahami dan melihat siapa Yesus yang adalah Putra Allah. Penglihatan dan pemahaman mereka terhenti pada hal-hal yang lahiriah. Hanya karena siapa orangtua dan saudara-saudaraNya yang adalah orang biasa-biasa saja. Di tambah lagi kampung halamanNya yang terpencil, sehingga tidak mungkin seorang nabi datang dari lingkungan yang demikian.

Saudara-saudari yang terkasih, karena itu janganlah kita menilai seseorang itu dari apa yang lahiriah, melainkan dari kejujuranya, dari sikap dan apa yang dilakukannya. Karena itu pertanyaan untuk kita renungkan adalah; bagaimana mungkin kita bisa mengenal Allah di balik hal-hal yang biasa? Bagaimana mungkin kita dapat melihat gambaran Allah yang ada pada diri orang-orang yang lemah, miskin, tertindas, dan tidak mempunnyai apa-apa? Mari kita berusaha melihat sesuatu yang ada dibalik penampilan, di balik hal-hal yang kelihaatannya biasa-biasa saja. Mari kita renungkan, dan semoga Tuhan senantiasa membantu kita, Amin.

           

(Rm. Markus Mukri, CP)

Flo.Phiras

Flo.Phiras

Related Posts