Menu

“Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

CAHAYA PHIRAS

TANTANGAN IMAN

 Yos. 24:1-2a.15-17.18b; Ef.5:21-32; Yoh. 6:60-69

 Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

            Saudara-saudari yang terkasih,”Tantangan” menjadi tema pemernungan kita hari minggu ini.  Kerap kita berfikir bahwa iman itu hanya urusan ketika kita sedang menjalankan ibadah atau ketika berdoa. Tidak jarang iman kita hayati hanya sebatas di sekitar altar. Pertanyaan kita adalah apakah memang demikian? Iman itu bukan hanya soal batin saja tetapi iman itu sesugguhnya harus nyata dalam hidup. Apa yang dihayati haruslah ditampakkan dalam sikap dan tindakan, supaya iman itu sungguh-sungguh menjadi nyata. Dan wewujudkan iman ini bukannya tanpa tantangan, tetapi harus tetap kita usahakan. Dalam pengalaman nyata itu, kita merefleksikan pengalaman kita akan Allah yang menyapa dan melibatkan diri dalam kehidupan  sehari-hari.

Tantangan menjadi pokok pembicaraan dalam bacaan pertama dan Injil. Bacaan perama Nabi Yosua menantang orang-orang Israel yang mulai tidak taat setia kepada Allah dengan memberikan suatu pilihan; ibadat kepada allah yang kepadanya nenekmoyangnya beribadat di Sungai Eufrat atau allah orang Amori yang negerinya mereka diami. Orang-orang Israel menerima tantangan itu. Dan tanpa ragu, mereka memperbaharui kembali janji mereka kepada Yahweh. Tantangan itu juga terjadi dalam bacaan Injil. Setelah mukjizat pengandaan roti, Yesus memberi pengajaran tentang roti hidup. Namun ketika Yesus mengatakan bahwa tubuhNya adalah benar-benar makanan dan darahNya benar-benar minuman dan barang siapa makan TuubuhNya dan minum DarahNya akan memperoleh hidup yang kekal. Mereka mengatakan bahwa perkataan itu keras dan mereka meninggalkan Yesus. Dan dengan hati yang sedih Yesus berpaling kepada para muridNya  dan berkata, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Dan Petrus menjawab “Tuhan kepada siapa kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal.”

Petrus dan temaan-temannaya menerima tantangan Yesus meskipun tantagan itu mereka terima bukan karena mereka mengerti perkataan Yesus melainkan karena sikap kepasrahan diri para murid kepada Yesus. Mereka percaya bahwa apa yang Yesus katakan adalah suatu kebenaran, karena itu mereka mengatakan, “perkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Putra Allah.”

Saudara-saudari yang terkasih, tantangan Yesus dalam bacaan Injil dan Yosua dalam bacaan petama, kini juga ditujukan kepada kita. Dunia kita juga menawarkan begitu banyak tawaran yang harus kita pilih. Dan dengan pilihan-pilihan yang ditawarkan oleh dunia ini sebetulnya kita juga sedang ditantang untuk memilih mana yang perlu untuk kehidupan kita! Bukan hanya kehidupan saat ini di dunia imi,  melainkan juga untuk kehidupan yang kekal. Karena itu menerima tantangan adalah kunci kebahagiaan. Amin.

(P. Markus Mukri, CP)

Flo.Phiras

Flo.Phiras

Related Posts